Monday, May 10, 2010

Gejala Asma

Masyarakat kerap mengabaikan gejala-gejala awal pada sakit asma sehingga seringkali datang saat kondisinya sudah buruk. Padahal, penanganan asma sedini mungkin akan meningkatkan kualitas hidup dari penderita penyakit tersebut.
Demikian diungkapkan PG Konthen SpPD pada simposium bertema New Development in Asthmas: Managing the Ups and Downs of Asthma-A variable Disease, Sabtu (26/10), di Surabaya.
"Masyarakat kebanyakan tidak menyadari gejala-gejala seperti batuk ringan yang berkepanjangan, flu dan sensitif terhadap debu dan asap merupakan gejala asma. Pada umumnya mereka baru berobat saat sudah sesak napas berat," ujarnya.
Dikatakan, gejala tersebut dapat saja merupakan gejala asma yang jika tidak segera ditangani akan menyebabkan tubuh menjadi sangat peka terhadap pemicu asma. Pemicu asma di antaranya yang berasal dari makanan adalah penganan yang pedas, dingin, dan penimbul alergi. Sedangkan pemicu lainnya adalah asap, debu, dan serpihan kulit hewan peliharaan.
Ia mengatakan, secara global lebih dari 180.000 orang di dunia meninggal karena asma. Untuk Surabaya, Konthen mengatakan, diperkirakan sekitar 5 persen dari populasi menderita asma dengan berbagai tingkatan. Ini karena lingkungan dan udara yang terpolusi. Menurut dia, 90 persen asma di Surabaya akibat alergi terhadap debu dan asap rokok.
Faktor utama yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada asma adalah penyakit tersebut tidak terdiagnosis dan tidak ditangani secara benar. Umumnya mortilitas asma terjadi pada malam hari karena pertolongan terlambat. Penyebab lain kematian adalah karena infeksi.
Asma merupakan penyakit yang membutuhkan penanganan dan perhatian jangka panjang. Pada asma kronis, kondisi jalan napas sudah tidak baik sehingga mudah terjadi infeksi. Penanganan yang dini dan benar akan memperbaiki kualitas hidup pasien.
Pada kesempatan yang sama, Adji Widjaja SpP (K) mengatakan, pengobatan bagi penderita asma saat ini lebih kepada penanganan jangka panjang dengan menggunakan obat-obatan yang aman dan efektif. "Asma memerlukan terapi jangka panjang. Jika pengobatan hanya parsial, tidak akan tuntas. Kalau masih ada infeksi pada saluran napas, maka akan memungkinkan kekambuhan," ujarnya.
Untuk pengobatan, selain dengan pengobatan oral, dapat pula dengan inhalasi. Namun, pengobatan yang terbaik adalah dengan inhalasi karena khasiatnya lebih cepat dan tidak banyak efek samping. Saat ini sudah tersedia obat yang berfungsi ganda, yaitu tidak sekadar mengatasi penyempitan saluran napas, tetapi juga mengobati pembengkakan pada saluran tersebut.

No comments:

Post a Comment